Naskah Sandiwara Radio "TIMUN MAS" beserta Audionya
Judul :
TIMUN MAS
Durasi : 1
jam
(Musik pembuka dengan
volume suara agak meninggi kemudian dikurangi pelan-pelan disusul muncul suara
narator)
Narator : (mengawali dan membuka peragaan drama yang
akan dipentaskan) Assalamu’alaikum wr.wb. saudara pendengar radio kampus FM,
apa kabar sore hari ini….. mudah mudahan dalam keadaan baik selalu bersama kami
di radio kampus pada frekuensi akan
mengudarakan kembali acara sandiwara radioyang berjudul “Timun Mas” di bawakan
oleh:
Erna
murtianingsih sebagai Timun Mas
Arum
fatmawati sebagai Ibu Timun Mas/Perempuan Janda
Mohammad
yusuf sebagai Raksasa
M
reza saputra sebagai Pertapa
**Musik**
(volume suara meninggi
kemudian melemah)
(disusul muncul suara
narator)
Narator : Alkisah,
di sebuah desa di daerah Jawa Tengah, hiduplah seorang perempuan paruh baya. Ia
ingin memiliki seorang anak. Namun sayangnya suaminya telah meninggal dunia. Ia
sangat berharap suatu keajaiban datang
padanya. Untuk meraih harapan itu, siang malam ia selalu berdoa kepada Tuhan Yang
Maha kuasa agar diberi anak.
Pada
suatu malam, harapan itu datang melalui mimpinya. Dalam mimpinya, ia didatangi
oleh sesosok makhluk raksasa yang menyuruhnya pergi ke hutan tempat biasanya ia
mencari kayu bakar untuk mengambil sebuah bungkusan di bawah sebuah pohon
besar.
Saat
terbangun di pagi hari.....,
(suara musik pengiring
melemah lama-lama hilang berganti suara burung-burung berkicau di pagi hari)
Adegan 1
Ibu Timun Mas : (tersentak terbangun dari tidur
kemudian duduk ditempat tidur dan merenung)Ah! Ternyata aku mimpi! Mimpiku
seperti benar-benar nyata. Benar-benar ajaib! Rasanya..., aku tidak percaya
dengan mimpiku. Apakah mimpiku itu akan benar-benar terjadi pada diriku? Ah!
aku tidak boleh ragu. Aku harus cari tahu makna mimpiku itu. Aku harus pergi ke
hutan sekarang juga. Semoga mimpiku smalem, membawa kebaikan pada diriku.
Narator : Dengan
penuh harapan, perempuan janda itu bergegas menuju ke tempat yang ditunjuk oleh
raksasa itu. Setibanya di hutan....,
**Musik**
(volume suara meninggi
kemudian melemah)
Adegan 2
Ibu Timun Mas : Dimana ya, bungkusan seperti yang ditunjukkan
raksasa itu? Oh! Itu dia ada pohon besar. Aku segera kesana, Hah?(terkejut) Ini
ada bungkusan seperti yang ditunjukkan raksasa dalam mimpiku itu. Coba ku buka
isinya.
Hah?
(terkejut) Cuma Sebutir biji timun? Kukira, isi bungkusan ini seorang bayi.
Tapi, apa maksudnya ya, raksasa itu menunjukkan aku sebutir biji timun ini?
Buat apa biji timun ini?aku tidak
mengerti.(bingung)
Narator : Di
saat perempuan janda itu kebingungan, tanpa disadari dibelakangnya tiba-tiba
ada sesosok makhluk raksasa berdiri
sambil tertawa terbahak-bahak.
Raksasa :
Ha... ha... ha...!
Ibu Timun Mas : (tersentak kaget dan
membalikkan badan) Haaaahh??? Raksasa itu, raksasa itu(menunjuk raksasa) yang
hadir dalam mimpiku! Duuuh aku, aku takuuut sekali. Ampun, Raksasa! Jangan
memakanku! Aku masih ingin hidup!
Raksasa : Jangan
takut, perempuan tua! Aku tidak akan memakanmu! Bukankah kamu menginginkan
seorang anak?
Ibu Timun Mas : (gugup) Be... benar, Raksasa!
Raksasa : Kalau
begitu, segera tanam biji timun itu! Kelak kamu akan mendapatkan seorang anak
perempuan. Tapi, ingat! Kamu harus menyerahkan anak itu kepadaku saat ia sudah
dewasa. Anak itu akan kujadikan santapanku!
Narator : Karena
begitu besar keinginannya untuk memiliki anak, tanpa sadar Ibu Timun Mas
menjawab.....
Ibu
Timun Mas
: Ba....Baiklah, Raksasa! Aku bersedia
menyerahkan anak itu nanti kepadamu.
Narator : Begitu
perempuan janda itu selesai menyatakan kesediaannya, raksasa itu pun berlalu
dari hadapannya. Perempuan itu segera menanam biji timun itu di ladangnya.
Setiap hari ia merawat tanaman itu dengan baik. Dua bulan kemudian, tanaman itu
pun mulai berbuah....
**Musik**
(volume suara meninggi
kemudian melemah)
Adegan 3
Ibu Timun Mas : Syukurlah! Tanaman timunku sudah berbuah. Tapi
kok buahnya cuma satu ya, dan buahnya besar sekali tidak seperti buah timun
pada umumnya. Sungguh aneh! Dan Warnanya pun berwarna kuning keemasan. Hup!
Cakep sekali timun ini. Sepertinya timun ini juga sudah masak. Sebaiknya aku
petik sekarang juga dan segera ku bawa pulang. Duuuh, ternyata berat sekali
timun ini!
**Musik**
(volume suara meninggi
kemudian melemah)
Narator : Begitu
sesampainya di rumah, perempuan janda itu segera membelah timun mas dengan
sangat berhati-hati sekali. Dan......apa yang dilihatnya....
Ibu Timun Mas : (terkejut) haaahh?? Seorang bayi perempuan?
Wuaaah! bayi ini sangat cantik sekali. Aku ingin sekali menggendongnya.
Bayi :
(tangisan bayi)Oaek....oaek....oaek.....!
Ibu Timun Mas : Hah? Bayi ini menangis. Aku bahagia sekali
mendengar suara tangisan bayi ini. Sudah lama aku merindukan suara tangisan
bayi dalam dekapanku. Baiklah anakku sayang, karena kau lahir dari dalam sebuah
timun yang berwarna keemasan , sekarang kau kuberi nama, Timun Mas. Tapi kau
jangan menangis lagi ya, sayang. Ini ibumu, Nak! Cup... cup... cup..!, Jangan menangis ya.
Narator : Perempuan
janda itu merasakan sangat bahagia hingga tak terasa, air matanya menetes
membasahi kedua pipinya yang sudah mulai keriput. Perasaan bahagia itu
membuatnya lupa kepada janjinya bahwa dia akan menyerahkan bayi itu kepada
raksasa itu suatu saat kelak. Ia merawat dan mendidik Timun Mas dengan penuh
kasih sayang hingga tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas dan perangainya
baik. Oleh karena itu, ia sangat sayang kepadanya.
Suatu
malam, perempuan janda itu kembali bermimpi didatangi oleh raksasa itu dan
berpesan kepadanya bahwa seminggu lagi ia akan datang menjemput Timun Mas.
Sejak itu, ia selalu duduk termenung seorang diri.
Adegan 4
Ibu Timun Mas : (Menangis) Aku tidak bisa berpisah dengan anak yang sangat
kusayangi. Kenapa aku baru menyadari bahwa raksasa itu ternyata jahat. Timun
Mas akan dijadikan santapannya. Aku tidak rela! Aku sediiiih sekali!
Narator : Tanpa
disadari perempuan janda itu, Timun Mas sering memperhatikan ibunya duduk
termenung sendirian kemudian di suatu
sore, Timun Mas memberanikan diri untuk menanyakan kegundahan hati ibunya.
Timun Mas : Bu, akhir-akhir ini
ibu sering termenung, dan kelihatannya ibu nampak sedih. Apa yang sedang ibu
pikirkan?barangkali, aku bisa membantu mengurangi kesedihan ibu?
Ibu Timun Mas : (gundah) Gimana ya? Ibu tidak ingin kau ikut bersedih, Nak.
ibu tidak ingin kehilanganmu. Ibu tidak bisa jauh darimu. Ibu, sangat
menyayangimu.
Timun Mas : Apa maksud ibu? Aku tidak mengerti bu. Ada apa
sebenarnya bu? Katakan sejujurnya. Kenapa ibu bicara seperti itu? Aku makin
tidak mengerti bu. Katakan terus terang ibu!
Ibu Timun Mas : Heeemmm!.....Karena
kau memaksa ibu terus, Ya sudah, baiklah, Nak. Ibu akan menceritakan
asal usulmu. Sebenarnya ibu tidak ingin
menceritakan perihal asal-usulmu
yang selama ini ibu rahasiakan. (wajah sedih)Maafkan Ibu, Nak! Selama ini
Ibu merahasiakan sesuatu kepadamu.
Timun Mas : Rahasia apa, Buuu?
Ibu Timun Mas : Timun
Mas......,Sebenarnya...., kamu bukanlah anak kandung Ibu yang lahir dari rahim
Ibu.
Timun Mas : (menyela)Apa bu?! Aku
bukan anak kandung ibu?! Trus aku ini anak siapa bu?!
Ibu
Timun Mas
: Tenang dulu anakku.baiklah, akan ibu
ceritakan semuanya perihal dirimu.
Ibu Timun Mas : Ibu pernah bermimpi didatangi raksasa besar. Kemudian raksasa
itu menyuruh mengambil bungkusan di hutan, di dalam bungkusan itu ada biji
timun kemudian disuruh menanam. Setelah berbuah, buah itu akan diambil raksasa
untuk dijadikan santapannya. Dan isi buah itu adalah....kau, anakkku!(sambil
memeluk Timun Mas)
Timun Mas : (melepaskan pelukan
ibunya) Apa maksud, Ibu? Jadi, jadi, aku ini lahir berasal dari dalam sebuah
timun Mas lalu akan dijadikan santapan raksasa? Begitu bu? A, aku tidak percaya
ibu!
Ibu
Timun Mas : Cerita ibu, benar
anakku!
Timun Mas : (memeluk
ibunya)Timun tidak mau ikut bersama raksasa itu, bu! Timun takut sekali! Timun
sangat sayang kepada Ibu yang telah mendidik dan membesarkan Timun.
Ibu Timun Mas : Iya anakku. Ibu, juga
sangat sayang padamu dan ibu tidak akan melepaskanmu begitu saja untuk santapan
raksasa. Ibu akan cari cara untuk menyelamatkanmu dari raksasa jahat itu, nak!
Timun
Mas : Makasih, ibu!
**Musik**
(volume suara meninggi
kemudian melemah)
Narator : Berhari-hari Ibu Timun
Mas memikirkan cara untuk menyelamatkan anak kesayangannya tapi belum juga
menemukan jalan keluar. Sampai pada hari yang telah dijanjikan oleh raksasa
itu, Ibu Timun Mas belum juga menemukan jalan keluar. Hatinya pun mulai cemas.
Dalam kecemasannya, tiba-tiba ia menemukan sebuah akal.
Ia menyuruh Timun Mas berpura-pura sakit.
Dengan begitu, tentu raksasa itu tidak akan mau menyantapnya. Saat matahari
mulai senja, raksasa itu pun mendatangi gubuk Ibu Timun Mas.
Adegan 5
Raksasa Ha...! ha...! ha....!Hai, Perempuan Tua! Mana anak
itu? Aku akan membawanya sekarang!
Ibu Timun Mas : (membujuk raksasa dan
mengulur waktu agar Timun Mas selamat) Maaf, Raksasa! Anak itu sedang
sakit keras. Jika kamu menyantapnya sekarang, tentu dagingnya tidak enak.
Bagaimana kalau tiga hari lagi kamu datang kemari? Aku akan menyembuhkan
penyakitnya terlebih dahulu!
Raksasa : Ha....ha.....ha......!Baiklah,
kalau begitu! Tapi, kamu harus berjanji akan menyerahkan anak itu kepadaku!
Ibu Timun Mas : Baik, baik raksasa! Akan aku
tepati janjiku.
Narator : Raksasa itu pun
berlalu dari hadapan Ibu Timun Mas. Ibu Timun Mas kembali bingung mencari cara
lain. Setelah berpikir keras, akhirnya ia menemukan cara yang menurutnya dapat
menyelamatkan anaknya dari santapan raksasa itu. Ia akan meminta bantuan kepada
seorang pertapa yang tinggal di sebuah gunung.
Adegan 6
Ibu Timun Mas : Anakku!
Besok pagi-pagi sekali Ibu akan pergi ke gunung untuk menemui seorang pertapa.
Dia adalah teman almarhum suami Ibu. Barangkali dia bisa membantu kita untuk
menghentikan niat jahat raksasa itu.
Timun Mas : Ya, bu. Ibu benar!
Kita harus membinasakan raksasa itu. Timun tidak mau menjadi santapannya!
**Musik**
(volume suara meninggi
kemudian melemah)
Narator : Keesokan harinya,
pagi-pagi sekali, berangkatlah Ibu Timun Mas ke gunung itu. Sesampainya di
sana, ia langsung menemui pertapa itu dan menyampaikan maksud kedatangannya.
Adegan 7
Ibu
Timun Mas : Permisi Kyai.
Pertapa :
Ooh
Ada apa Nini? ada apa kau tiba-tiba datang kemari?
Ibu
Timun Mas : Maaf, Kyai. Maksud kedatangan saya kemari ingin minta
bantuan pada Kyai.
Pertapa :
Apa yang bisa aku bantu?
Ibu Timun Mas : Begini Kyai, saya
punya seorang putri yang saya beri nama Timun Mas. Dan putri saya itu akan
dijadikan santapan raksasa besar. Saya tidak ingin anak saya itu mati jadi
santapan raksasa itu, Kyai. Saya, sangat sayang pada putri saya, Kyai. Saya
harap, Kyai bersedia membantu saya.
Pertapa : Ooh jadi begitu, baiklah
aku bersedia membantumu. Tunggu sebentar ya. (masuk ke dalam sebuah
ruangan)
Ibu
Timun Mas : Ya, Kyai.
Narator : Tak berapa lama,
pertapa itu kembali sambil membawa empat buah bungkusan kecil, lalu menyerahkannya
kepada Ibu Timun Mas.
Pertapa : Nah, ini berikanlah
bungkusan ini kepada anakmu. Keempat bungkusan ini masing-masing berisi biji
timun, jarum, garam dan terasi. Jika raksasa itu mengejarnya, suruh sebarkan
isi bungkusan ini!, jelas?
Ibu Timun Mas : Iya, iya Kyai. Terimakasih Kyai.
Kalau begitu, saya pamit pulang.
Pertapa
: Ya. hati-hati.
Narator : Setiba di gubuknya,
Ibu Timun Mas segera menyerahkan keempat bungkusan itu pada Timun Mas,
**Musik**
(volume suara meninggi
kemudian melemah)
Adegan 8
Ibu
Timun Mas : Timun Mas, Timun Mas,
ibu datang Nak. Kemarilah Nak ibu bawa sesuatu.
Timun
Mas : Ya bu. Bawa apa bu?
Ibu
Timun Mas : Nak, ini ibu bawakan beberapa bungkusan ini
untuk melawan raksasa jahat itu!
Timun Mas: Bungkusan ini kok
kecil-kecil bu? Gimana kita menggunakannya bu? Sedangkan raksasa itu besar
sekali! Apa raksasa itu bisa mati hanya dengan bungkusan kecil ini bu?
Ibu Timun Mas : Ssstttt! Ini adalah
senjata yang bisa kau gunakan apabila raksasa itu datang kesini lagi. bungkusan ini berisi biji timun, jarum, garam
dan terasi. Bungkusan-bungkusan ini harus kamu pegang. Jika raksasa itu akan
menyantapmu dan mengejarmu, segera sebarkan isi bungkusan ini! jelas Nak?
Timun Mas : Jelas ibu. Tapi, tapi
Timun takut, ibu.
Ibu Timun Mas : Jangan takut anakku. Kau sudah punya senjata. Dan ibu juga
sudah agak tenang karena kau sudah memegang senjata.
Timun Mas : Baik, ibu.
Narator : Dua hari kemudian,
Raksasa itu pun datang untuk menagih janjinya kepada Ibu Timun Mas. Ia sudah
tidak sabar lagi ingin membawa dan menyantap daging Timun Mas.
Adegan 9
Raksasa : Hai, perempuan tua!
Kali ini kamu harus menepati janjimu. Jika tidak, kamu juga akan kujadikan
santapanku! Ha....ha.... ha....!
Ibu Timun Mas : Baik, raksasa. Aku
panggil dulu putriku. Timun Mas putriku, kemarilah nak. Ini ada yang
mencarimu.
Narator : Ibu Timun Mas tidak
gentar lagi menghadapi ancaman raksasa. Dengan tenang, ia memanggil Timun Mas
agar keluar dari dalam gubuk. Tak berapa lama......., Timun Mas pun keluar lalu
berdiri di samping ibunya.
Timun Mas: Ada apa ibu?(melirik
ke raksasa) haaahhh? Raksasa! Aku takut bu. Takuuuuut!
Ibu Timun Mas : (berbisik)Jangan
takut, Anakku! Jika raksasa itu akan menangkapmu, segera lari dan ikuti
petunjuk yang telah kusampaikan kepadamu!
Timun Mas : Baik, Bu!
Raksasa : Hemmm! Gadis ini pasti
sangat lezat jika kusantap! Ha....ha....ha....! Aku makin tidak
sabar untuk menyantapnya! Ayo kemarilah nak mendekatlah padaku!
Timun Mas : (sambil lari) aku tidak mau! Aku tidak sudi jadi
santapanmu!
Narator : Melihat
Timun Mas yang benar-benar sudah dewasa, raksasa itu semakin tidak sabar ingin
segera menyantapnya. Ketika ia hendak menangkapnya, Timun Mas segera berlari
sekencang-kencangnya.
Raksasa :
Ha....
ha....ha....! Mau lari kemana kau, gadis?
Narator : Raksasa
itu pun mengejarnya. Tak ayal lagi, terjadilah kejar-kerajaan antara makhluk
raksasa itu dengan Timun Mas. Setelah berlari jauh, Timun Mas mulai kecapaian,
sementara raksasa itu semakin mendekat.
Timun mas : Aduh!(terjatuh) aku
capai sekali! Duuuh gimana ini, raksasa itu makin mendekat padaku.
Raksasa :
(mendekat
ke Timun Mas) Ha....ha...ha.....!Mau lari kemana anak manis?
Timun Mas : Oh iya, aku harus
mengeluarkan bungkusan yang diberikan ibu.
Narator : Setelah kecapaian,
Timun Mas menebar biji timun yang diberikan oleh ibunya. Sungguh ajaib, hutan
di sekelilingnya tiba-tiba berubah menjadi ladang timun. Dalam sekejap, batang
timun tersebut menjalar dan melilit seluruh tubuh raksasa itu. Namun, raksasa
itu mampu melepaskan diri, dan kembali mengejar Timun Mas.
Raksasa : Ha....ha....haaa.....! mau lari
kemana kau Timun Mas?!
Narator : Timun Mas pun segera
melemparkan bungkusan yang berisi jarum. Dalam sekejap, jarum-jarum tersebut
berubah menjadi rerumbunan pohon bambu yang tinggi dan runcing. walaupun
kakinya berdarah-darah karena tertusuk bambu. Namun, raksasa itu mampu
melewatinya....,
Raksasa :
Ha....ha....haaa.....!
mau lari kemana kau Timun Mas?! Aku akan terus mengejarmu!
Timun Mas : Duuuh gimana ini? Aku
sudah melempar 2 bungkusan biji timun dan jarum, raksasa itu masih berhasil
menyelamatkan diri dan terus mengejarku. Aku takuut sekali. Ah! Ga apa-apa. Aku
masih punya beberapa bungkusan lagi. Baik, aku buka bungkusan satunya lagi!
Narator : Timun Mas membuka
bungkusan ketiga yang berisi garam lalu menebarkannya. Seketika itu pula, hutan
yang telah dilewatinya tiba-tiba berubah menjadi lautan luas dan dalam, namun
raksasa itu tetap berhasil melaluinya dengan mudah.
Timun Mas : (cemas) duuuh gimana
ini? Bungkusan yang ketiga sudah kutebarkan juga, tapi raksasa itu masih bisa
menyelamatkan diri. Kini senjataku tinggal satu-satunya. Jika senjataku
satu-satunya ini tidak berhasil melumpuhkan raksasa itu, maka tamatlah
riwayatku. Baiklah! Aku akan berusaha semoga senjataku yang tinggal satu ini
bisa membinasakan raksasa itu! Nih raksasa! Terimalah iniiii!!!(dilemparkan
bungkusan yang terakhir ke arah raksasa)
**Musik**
(volume suara meninggi
kemudian melemah)
Narator : Dengan penuh
keyakinan, ia pun melemparkan bungkusan terakhir yang berisi terasi. Seketika
itu pula, tempat jatuhnya terasi itu tiba-tiba menjelma menjadi lautan lumpur
yang mendidih. Alhasil, raksasa itu pun tercebur ke dalamnya dan tewas
seketika.
Timun Mas : Syukurlah! Raksasa itu
sudah mati. Aku selamat. Terimakasih Tuhan! Aku harus segera pulang
menyampaikan kabar gembira ini pada ibu.(berlari kemudian memeluk) ibu......!
aku selamat ibu! Aku selamat dari kejaran raksasa itu, ibu! Raksasa itu kini
sudah mati!
Ibu Timun Mas : Apa? Kau selamat
anakku?!Syukurlah! Ibu senang sekali. Ibu bahagia, Nak. Akhirnya kau selamat,
Nak.(berpelukan)
Narator :
Sejak
itu, Ibu Timun Mas dan Timun Mas hidup berbahagia.
(Narator naik ke atas
pentas dan menutup peragaan drama)
Narator : Demikianlah tadi
dongeng Timun Mas dari daerah Jawa Tengah. Dari Cerita tadi dapat dipetik
sebuah pelajaran bahwa orang yang selalu berniat jahat terhadap orang lain
seperti raksasa itu, pada akhirnya akan celaka. Selain itu, cerita tadi juga
mengandung pelajaran bahwa dengan usaha dan kerja keras segala rintangan dan
cobaan dalam hidup ini dapat diselesaikan dengan baik. Seperti yang ditunjukkan
oleh Ibu Timun Mas dan Timun Mas. Berkat usaha dan kerja kerasnya, mereka
1 komentar:
Write komentarWow
Reply