Resensi Film "KETIKA MAS GAGAH PERGI"
Sutradara : Firman Syah
Produser : Helvi Tiana Rosa
Penulis Naskah : Helvy Tiana Rosa
Produksi : IndoBrodcast Production, ACT
Genre : Drama religi
Pemain : Hamas Syahid, Aquino Umar, Masaji Wijayanto, Izzah Ajrina, Wulan Guritno,
Mathias Muchus, Nungki Kusumastuti, Miller Khan, Epy Kusnandar, Ali Syakieb,
Shireen Sungkar, Joshua Suherman, Irfan Hakim, Virzha Idol, Fendy Chow dll
“Jika kita tak setuju pada suatu kebaikan yang mungkin belum kita pahami,
kita bisa coba untuk menghargainya.”
.
SINOPSIS
Ketika Mas Gagah Pergi adalah judul novel karya Helvi Tiana Rosa yang banyak menginspirasi remaja untuk mempelajari ajaran Islam. Berawal dari cerpen yang diterbitkan di majalah Annida tahun 1993, cerita ini kemudian berkembang menjadi novel yang fenomenal.
Setelah dicetak ulang sebanyak 15 kali
dengan cover yang berbeda-beda, Ketika Mas Gagah Pergi akan segera hadir
di bioskop. Uniknya lagi, film yang akan digarap oleh SinemArt
ini dibiayai oleh komunitas pembaca novel ini yang dinamai Sahabat Mas
Gagah dengan tujuan agar novel ini tak kehilangan ruhnya.
Kisah Mas Gagah yang akan diperankan
oleh Hamas Syahid ini bermula dari sang adik dari Gagah Perwira Pratama,
yaitu Gita Ayu Pratiwi yang sangat membanggakan kakaknya. Mas Gagah
yang selalu dibanggakanya adalah sosok yang baik, pintar, ganteng dan
periang. Ia adalah mahasiswa Teknik Sipil semester tujuh di Universitas
Indonesia yang cukup populer. Menurut Gita, semua keluarga dan
teman-temannya tidak mungkin tidak menyukai Mas Gagah karena sifat dan
wajahnya yang tampan.
Namun, semua berubah setelah kepulangan
Mas Gagah. Masnya yang bertemu dan berguru pada seorang kiai di Madura
tersebut jadi berubah saat kembali ke rumah mereka. Mas Gagah jadi
semakin fanatik pada agama, meng-insyafkan preman-preman dekat rumahnya,
sampai tak mau bersalaman dengan perempuan yang bukan muhrim.
Gita merasa ada yang salah dengan Mas
Gagahnya itu. Gita terus menyelidiki apa sebenarnya yang dipelajari Mas
Gagah hingga akhirnya hidayah datang sendiri pada dirinya melalui
penyelidikan tersebut. Gita yang tomboy dan tak pernah memperhatikan
penampilan mulai menutup aurat dengan berhijab dan menjadi muslimah
sejati.
Saat Gita ingin menunjukkan perubahannya
menjadi muslim sejati pada sang kakak, nahas suatu kecelakaan justru
menimpa sang Kakak yang sedang berdakwah di Bogor. Di sanalah sang kakak
mengucap kalimat syahadat untuk terakhir kali sebelum ia kembali pada
Sang Pencipta.
Setahun setelah kepergian Mas Gagah,
Gita yang sudah mengikhlaskan kepergian Mas Gagah dipertemukan dengan
orang misterius bernama Yudhi yang sering ia temui di bis dan kereta.
Lelaki yang suka memakai kemeja kotak-kotak itu menyebarkan kebaikan,
termasuk pada Gita, mengingatkannya pada Mas Gagah. Pertemuan Gita
dengan lelaki misterius itu terus berlanjut hingga ketika ia melamar
kerja ke sebuah perusahaan yang ternyata tempat lelaki kemeja
kotak-kotak tersebut bekerja sebagai Direktur.
.
.
ALUR CERITA
Film yang bertemakan tentang hijrah
ini pada saat openingnya kita disuguhkan tentang keindahan pulau Ternate.
Dimana disanalah sang tokoh utama yang bernama Gagah mendapatkan pencerahan
tentang ilmu keagamaan dari seorang ulama bernama kyai Ghufron seorang pemimpin
pesantren yang bersahaja dan sangat dihormati di wilayah kepulauan Maluku.
Film KMGP bercerita tentang sosok
seorang kakak yang bernama mas Gagah (Hamas Syahid) yang begitu dicintai oleh seorang adiknya
Gita (Aquino Umar) yang berpenampilan tomboy dan sangat manja kepada sang kakak.
Dalam alur cerita banyak terjadi perdebatan antara tokoh mas Gagah dan Gita,
karena kekecewaan Gita atas perubahan sifat sang kakak yang berubah drastis
semenjak kembali dari Ternate.
Yudi (Masaji Wijayanto) hadir sebagai
pemuda yang selalu menyampaikan pesan dakwah melalui transportasi umum. Sosok
Yudi yang kerap kali ditemukan Gita ketika naik bis,mengingatkan Gita tentang sosok
mas Gagah.
Sang mama (Wulan Guritno) menjadi
single parent yang tangguh dan pekerja keras semenjak kepergian suaminya demi untuk
memenuhi kebutuhan hidup kedua anaknya Gagah dan Gita.
.
.
KARAKTER
Saya suka melihat karakter yang
dimainkan oleh Gita (Aquino Umar), di film ini karakter Gita terlihat menonjol, sosok pemeran Dek Manisnya mas Gagah ini
pun terlihat pas sebagai gadis tomboy yang terlihat energik.
Perubahan karakter mas Gagah hanya
terlihat dari cara berpakaiannya saja, dari yang sebelumnya berpenampilan ala model
lalu berubah penampilan setelah hijrah bisa dilihat dari pemakaian baju
kokonya, untuk celananya masih sama seperti waktu masih menjadi model yaitu
masih terlihat agak ketat.
.
.
PESAN DAKWAH
Menurut saya pesan dakwah yang
dilakukan Yudi (Masaji Wijayanto) yang dilakukan didalam transportasi umum agak
frontal. Seandainya pesan dakwahnya dilakukan dengan lebih halus mungkin lebih
enak melihat adegan di film ini sehingga terkesan tidak menggurui.
.
.
SOUNDTRACK
Sebelum menonton film ini karena
penasaran saya sudah browsing soundtrack film ini yang berjudul Rabbana
dinyanyikan oleh penyanyi Indah Nevertari yang tata musiknya digarap apik oleh
Dwiki Dharmawan yang melibatkan Chezh Symphony Orchestra dari Praha. Tapi di
alur film ini saya kurang mendengar soundtracknya secara jelas hanya sekilas
saja, lebih sering terdengar ilustrasi musik instrumentasi . Sayang sekali
padahal lagunya bagus, mungkin di film lanjutannya nanti lagunya bisa
ditampilkan lebih utuh.
Film bertema keluarga dan bernuansa
islami ini sangat layak untuk ditonton
bersama keluarga tercinta dan orang-orang terdekat kita, banyak mengajarkan
kebaikan yang disampaikan oleh para pemeran muda, semoga bisa menginspirasi
para anak muda lainnya untuk menjadi lebih baik.
.
.
Dan film ini juga menyampaikan pesan
bahwa kita bisa melakukan dakwah dimana saja. Film ini masih tayang di seluruh
bioskop di tanah air. Jadi yang ingin mengetahui kelanjutan film ini yuk segera
ke bioskop terdekat.
.
.
Mari kita dukung film islami, dan
karya anak bangsa agar perfilman dalam negeri bisa menjadi idola di negeri
sendiri.